QuranSurat Al Qasas Ayat 77. Bacaan QS 28:77 dalam huruf latin. Waibtaghi feema ataka Allahu alddara alakhirata wala tansa naseebaka mina alddunya waahsin kama ahsana Allahu ilayka wala tabghi alfasada fee alardi inna Allaha la yuhibbu almufsideena. Quran surat Al Qasas ayat 77 dalam bahasa Arab. وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ Ilustrasimenyimak kandungan Surat Al Mujadalah Ayat 11. (Foto: Unsplash) KANDUNGAN Surat Al Mujadalah Ayat 11 menyatakan pentingnya menuntut ilmu bagi seorang Muslim. Pasalnya, orang yang berilmu akan mendapat banyak hal positif di dalam kehidupan dunia maupun akhirat. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Surat Al-Qasas Ayat 26. Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Surat Al-Qasas Ayat 88. 1 Tha Sin Mim. 2. Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang jelas (dari Allah). نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ. 3. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan sebenarnya untuk orang-orang AlQashash. Selain berisi pedoman hidup, di dalam Alquran juga dimuat kisah-kisah umat terdahulu, untuk dijadikan pembelajaran di masa depan. Surat al- an am Ayat 73 beserta artinya. Tafsir Surat Al An'am Ayat 73-76 ini meneruskan pembahasan lalu mengenai kebenaran ayat Allah swt. manusia diajak untuk memikirkan segala yang ada di alam iDew. طٰسۤمّۤ Ṭā Sīm Mīm. Ṭā Sīn Mīm. تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ Tilka āyātul-kitābil-mubīni. Itulah ayat-ayat Kitab Al-Qur’an yang jelas. نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ Natlū alaika min naba'i mūsā wa firauna bil-ḥaqqi liqaumiy yu'minūna. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firʻaun dengan sebenarnya untuk kaum beriman. اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ Inna firauna alā fil-arḍi wa jaala ahlahā syiyaay yastaḍifu ṭā'ifatam minhum yużabbiḥu abnā'ahum wa yastaḥyī nisā'ahum, innahū kāna minal-mufsidīna. Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka Bani Israil. Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia Firʻaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ Wa nurīdu an namunna alal-lażīnastuḍifū fil-arḍi wa najalahum a'immataw wa najalahumul-wāriṡīna. Kami berkehendak untuk memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi. وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ Wa numakkina lahum fil-arḍi wa nuriya firauna wa hāmāna wa junūdahumā minhum mā kānū yaḥżarūna. Kami pun berkehendak untuk meneguhkan kedudukan mereka Bani Israil di bumi dan memperlihatkan kepada Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka Bani Israil. وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ Wa auḥainā ilā mūsā an arḍiīhi, fa'iżā khifti alaihi fa'alqīhi fil yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī, innā rāddūhu ilaiki wa jāilūhu minal-mursalīna. Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia Musa. Jika engkau khawatir atas keselamatan-nya, hanyutkanlah dia ke sungai Nil dalam sebuah peti yang mengapung. Janganlah engkau takut dan janganlah pula bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.” فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ Faltaqaṭahū ālu firauna liyakūna lahum aduwwaw wa ḥazanān, inna firauna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāṭi'īna. Kemudian, keluarga Firʻaun memungutnya agar kelak dia menjadi musuh dan penyebab kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya adalah orang-orang salah. وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ Wa qālatimra'atu firauna qurratu ainil lī wa laka, lā taqtulūhu, asā ay yanfaanā au nattakhiżahū waladaw wa hum lā yasyurūna. Istri Firʻaun berkata kepadanya, “Anak ini adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka. وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa aṣbaḥa fu'ādu ummi mūsā fārigān, in kādat latubdī bihī lau lā ar rabaṭnā alā qalbihā litakūna minal-mu'minīna. Hati ibu Musa menjadi hampa. Sungguh, hampir saja dia mengungkapkan bahwa bayi itu adalah anaknya, seandainya Kami tidak meneguhkan hatinya agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah. وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۙ Wa qālat li'ukhtihī quṣṣīhi, fabaṣurat bihī an junubiw wa hum lā yasyurūna. Dia ibu Musa berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah jejaknya.” Kemudian, dia melihatnya dari kejauhan, sedangkan mereka pengikut Firʻaun tidak menyadarinya. ۞ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰٓى اَهْلِ بَيْتٍ يَّكْفُلُوْنَهٗ لَكُمْ وَهُمْ لَهٗ نٰصِحُوْنَ Wa ḥarramnā alaihil-marāḍia min qablu faqālat hal adullukum alā ahli baitiy yakfulūnahū lakum wa hum lahū nāṣiḥūna. Kami mencegahnya Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui-nya sebelum kembali ke pangkuan ibunya. Berkatalah dia saudara perempuan Musa, “Maukah aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” فَرَدَدْنٰهُ اِلٰٓى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ Faradadnāhu ilā ummihī kai taqarra ainuhā wa lā taḥzana wa litalama anna wadallāhi ḥaqquw wa lākinna akṡarahum lā yalamūna. Lalu, Kami mengembalikan dia Musa kepada ibunya agar senang hatinya serta tidak bersedih, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَاسْتَوٰىٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ Wa lammā balaga asyuddahū wastawā ātaināhu ḥukmaw wa ilmān, wa każālika najzil-muḥsinīna. Setelah dia Musa dewasa dan sempurna akalnya, Kami menganugerahkan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ Wa dakhalal-madīnata alā ḥīni gaflatim min ahlihā fawajada fīhā rajulaini yaqtatilāni, hāżā min syīatihī wa hāżā min aduwwihī, fastagāṡahul-lażī min syīatihī alal-lażī min aduwwihī, fawakazahū mūsā faqaḍā alaihi, qāla hāżā min amalisy-syaiṭāni, innahū aduwwum muḍillum mubīnun. Dia Musa masuk ke kota ketika penduduknya sedang lengah. Dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki yang sedang berkelahi, seorang dari golongannya Bani Israil dan seorang lagi dari golongan musuhnya kaum Firʻaun. Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari golongan musuhnya. Musa lalu memukulnya dan tanpa sengaja membunuhnya. Dia berkata, “Ini termasuk perbuatan setan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang jelas-jelas menyesatkan.” قَالَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَغَفَرَ لَهٗ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Qāla rabbi innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fagafara lahū, innahū huwal-gafūrur-raḥīmu. Dia Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Dia Allah lalu mengampuninya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. قَالَ رَبِّ بِمَآ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ اَكُوْنَ ظَهِيْرًا لِّلْمُجْرِمِيْنَ Qāla rabbi bimā anamta alayya falan akūna ẓahīral lil-mujrimīna. Dia Musa berkata, “Ya Tuhanku, karena nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, tuntunlah aku sehingga aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berbuat durhaka.” فَاَصْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ فَاِذَا الَّذِى اسْتَنْصَرَهٗ بِالْاَمْسِ يَسْتَصْرِخُهٗ ۗقَالَ لَهٗ مُوْسٰٓى اِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُّبِيْنٌ Fa'aṣbaḥa fil-madīnati khā'ifay yataraqqabu fa'iżal-lażistanṣarahū bil-amsi yastaṣrikhuhū, qāla lahū mūsā innaka lagawiyyum mubīnun. Karena peristiwa itu, dia Musa menjadi ketakutan berada di kota sambil menunggu akibat dari apa yang dilakukannya. Tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak-teriak meminta pertolongan lagi kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang jelas-jelas sesat.” فَلَمَّآ اَنْ اَرَادَ اَنْ يَّبْطِشَ بِالَّذِيْ هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَاۙ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اَتُرِيْدُ اَنْ تَقْتُلَنِيْ كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًاۢ بِالْاَمْسِۖ اِنْ تُرِيْدُ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ جَبَّارًا فِى الْاَرْضِ وَمَا تُرِيْدُ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْمُصْلِحِيْنَ Falammā an arāda ay yabṭisya bil-lażī huwa aduwwul lahumā, qāla yā mūsā aturīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-amsi, in turīdu illā an takūna jabbāran fil-arḍi wa mā turīdu an takūna minal-muṣliḥīna. Ketika dia Musa hendak memukul orang yang merupakan musuh mereka berdua, dia musuhnya berkata, “Wahai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini dan tidak bermaksud menjadi salah satu dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” وَجَاۤءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَى الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰىۖ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَقْتُلُوْكَ فَاخْرُجْ اِنِّيْ لَكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ Wa jā'a rajulum min aqṣal-madīnati yasā, qāla yā mūsā innal-mala'a ya'tamirūna bika liyaqtulūka fakhruj innī laka minan-nāṣiḥīna. Seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu. Maka, lekaslah engkau keluar dari kota ini. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Fakharaja minhā khā'ifay yataraqqabu, qāla rabbi najjinī minal-qaumiẓ-ẓālimīna. Maka, keluarlah dia Musa dari kota itu dengan rasa takut dan waspada. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاۤءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يَّهْدِيَنِيْ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ Wa lammā tawajjaha tilqā'a madyana qāla asā rabbī ay yahdiyanī sawā'as-sabīli. Ketika menuju ke arah negeri Madyan, dia Musa berdoa, “Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar.” وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۗقَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ Wa lammā warada mā'a madyana wajada alaihi ummatam minan-nāsi yasqūna, wa wajada min dūnihimumra'ataini tażūdāni, qāla mā khaṭbukumā, qālatā lā nasqī ḥattā yuṣdirar-riā'u wa abūnā syaikhun kabīrun. Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum ternaknya dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang perempuan sedang menghalau ternaknya dari sumber air. Dia Musa berkata, “Apa maksudmu berbuat begitu?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum ternak kami sebelum para penggembala itu memulangkan ternaknya, sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.” فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰىٓ اِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ Fasaqā lahumā ṡumma tawallā ilaẓ-ẓilli faqāla rabbi innī limā anzalta ilayya min khairin faqīrun. Maka, dia Musa memberi minum ternak kedua perempuan itu. Dia kemudian berpindah ke tempat yang teduh, lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan rezeki yang Engkau turunkan kepadaku.” فَجَاۤءَتْهُ اِحْدٰىهُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَاۤءٍ ۖقَالَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَاۗ فَلَمَّا جَاۤءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَۙ قَالَ لَا تَخَفْۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ Fajā'athu iḥdāhumā tamsyī alastiḥyā'in, qālat inna abī yadūka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, falammā jā'ahū wa qaṣṣa alaihil-qaṣaṣa, qāla lā takhaf, najauta minal-qaumiẓ-ẓālimīna. Lalu, datanglah kepada Musa salah seorang dari keduanya itu sambil berjalan dengan malu-malu. Dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikan-mu memberi minum ternak kami.” Ketika Musa mendatanginya dan menceritakan kepadanya kisah dirinya, dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ Qālat iḥdāhumā yā abatista'jirhu, inna khaira manista'jartal-qawiyyul-amīnu. Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ Qāla innī urīdu an unkiḥaka iḥdabnatayya hātaini alā an ta'juranī ṡamāniya ḥijajin, fa'in atmamta asyran famin indika, wa mā urīdu an asyuqqa alaika, satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣāliḥīna. Dia ayah kedua perempuan itu berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu adalah suatu kebaikan darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” قَالَ ذٰلِكَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَۗ اَيَّمَا الْاَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ ࣖ Qāla żālika bainī wa bainaka, ayyamal-ajalaini qaḍaitu falā udwāna alayya, wallāhu alā mā naqūlu wakīlun. Dia Musa berkata, “Itu perjanjian antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan atas diriku lagi. Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” ۞ فَلَمَّا قَضٰى مُوْسَى الْاَجَلَ وَسَارَ بِاَهْلِهٖٓ اٰنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّوْرِ نَارًاۗ قَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ Falammā qaḍā mūsal-ajala wa sāra bi'ahlihī ānasa min jānibiṭ-ṭūri nārān, qāla li'ahlihimkuṡū innī ānastu nāral laallī ātīkum minhā bikhabarin au jażwatim minan-nāri laallakum taṣṭalūna. Maka, ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan berangkat dengan istrinya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah di sini. Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu atau membawa sepercik api agar kamu dapat menghangatkan badan dekat api.” فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْاَيْمَنِ فِى الْبُقْعَةِ الْمُبٰرَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ اَنْ يّٰمُوْسٰىٓ اِنِّيْٓ اَنَا اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Falammā atāhā nūdiya min syāṭi'il wādil aimani fil buqatil mubārakati minasy syajarati ay yā mūsā innī anallāhu rabbul-ālamīna. Maka, ketika dia Musa mendatangi api itu, dia dipanggil dari pinggir lembah di sebelah kanan Musa dari arah pohon di sebidang tanah yang diberkahi. “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. وَاَنْ اَلْقِ عَصَاكَ ۗفَلَمَّا رَاٰهَا تَهْتَزُّ كَاَنَّهَا جَاۤنٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْۗ يٰمُوْسٰىٓ اَقْبِلْ وَلَا تَخَفْۗ اِنَّكَ مِنَ الْاٰمِنِيْنَ Wa alqi aṣāka, falammā ra'āhā tahtazzu ka'annahā jānnuw wallā mudbiraw wa lam yuaqqib, yā mūsā aqbil wa lā takhaf, innaka minal-āminīna. Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, ketika dia Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. Allah berfirman, “Wahai Musa, kemarilah dan jangan takut! Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang aman. اُسْلُكْ يَدَكَ فِيْ جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاۤءَ مِنْ غَيْرِ سُوْۤءٍ ۖوَّاضْمُمْ اِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذٰنِكَ بُرْهَانٰنِ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ Usluk yadaka fī jaibika takhruj baiḍā'a min gairi sū'in, waḍmum ilaika janāḥaka minar-rahbi fażānika burhānāni mir rabbika ilā firauna wa mala'ihī, innahum kānū qauman fāsiqīna. Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, ia akan keluar dalam keadaan bercahaya putih bukan karena cacat. Dekapkanlah kedua tanganmu jika engkau takut. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu yang akan engkau tunjukkan kepada Firʻaun dan para pembesarnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” قَالَ رَبِّ اِنِّيْ قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَاَخَافُ اَنْ يَّقْتُلُوْنِ Qāla rabbi innī qataltu minhum nafsan fa'akhāfu ay yaqtulūni. Musa berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari mereka sehingga aku takut mereka akan membunuhku. وَاَخِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا فَاَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُّصَدِّقُنِيْٓ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ Wa akhī hārūnu huwa afṣaḥu minnī lisānan fa'arsilhu maiya rid'ay yuṣaddiqunī, innī akhāfu ay yukażżibūni. Adapun saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka, utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataan-ku. Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.” قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِاَخِيْكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطٰنًا فَلَا يَصِلُوْنَ اِلَيْكُمَا ۛبِاٰيٰتِنَا ۛ اَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغٰلِبُوْنَ Qāla sanasyuddu aḍudaka bi'akhīka wa najalu lakumā sulṭānan falā yaṣilūna ilaikumā - bi'āyātinā - antumā wa manittabaakumal-gālibūna. Dia Allah berfirman, “Kami akan menguatkanmu dengan saudaramu dan Kami akan berikan kepadamu berdua hujah mukjizat. Maka, mereka tidak akan dapat mencapaimu. Berangkatlah kamu berdua dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikutimu adalah para pemenang.” فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَا بَيِّنٰتٍ قَالُوْا مَا هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ مُّفْتَرًىۙ وَّمَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِيْٓ اٰبَاۤىِٕنَا الْاَوَّلِيْنَ Falammā jā'ahum mūsā bi'āyātinā bayyinātin qālū mā hāżā illā siḥrum muftarān, wa mā saminā bihāżā fī ābā'inal-awwalīna. Ketika Musa mendatangi mereka Firʻaun dan pengikutnya dengan membawa mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, “Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami tidak pernah mendengar ajakan ini dari nenek moyang kami dahulu.” وَقَالَ مُوْسٰى رَبِّيْٓ اَعْلَمُ بِمَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى مِنْ عِنْدِهٖ وَمَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ Wa qāla mūsā rabbī alamu biman jā'a bil-hudā min indihī wa man takūnu lahū āqibatud-dāri, innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūna. Musa menjawab, “Tuhanku lebih mengetahui siapa yang pantas membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di akhirat. Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak beruntung.” وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ Wa qāla firaunu yā ayyuhal-mala'u mā alimtu lakum min ilāhin gairī, fa'auqid lī yā hāmānu alaṭ-ṭīni fajal lī ṣarḥal laallī aṭṭaliu ilā ilāhi mūsā, wa innī la'aẓunnuhū minal-kāżibīna. Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku untuk membuat batu bata, kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para pendusta.” وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُوْدُهٗ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ اِلَيْنَا لَا يُرْجَعُوْنَ Wastakbara huwa wa judūduhū fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa ẓannū annahum ilainā lā yurjaūna. Dia Firʻaun dan bala tentaranya bersikap sombong di bumi tanpa alasan yang benar. Mereka mengira bahwa sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. فَاَخَذْنٰهُ وَجُنُوْدَهٗ فَنَبَذْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ ۚفَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظّٰلِمِيْنَ Fa'akhażnāhu wa junūdahū fanabażnāhum fil-yammi, fanẓur kaifa kāna āqibatuẓ-ẓālimīna. Kami menghukum dia Firʻaun dan bala tentaranya. Kami menenggelamkan mereka ke dalam laut. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim. وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّدْعُوْنَ اِلَى النَّارِۚ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ لَا يُنْصَرُوْنَ Wa jaalnāhum a'immatay yadūna ilan-nāri, wa yaumal-qiyāmati lā yunṣarūna. Kami menjadikan mereka Firʻaun dan bala tentaranya para pemimpin yang mengajak manusia ke neraka. Pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong. وَاَتْبَعْنٰهُمْ فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ هُمْ مِّنَ الْمَقْبُوْحِيْنَ ࣖ Wa atbanāhum fī hāżihid-dun-yā lanahtan, wa yaumal-qiyāmati hum minal-maqbūḥīna. Kami memperikutkan laknat kepada mereka di dunia ini dan pada hari Kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah. وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِ مَآ اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ الْاُوْلٰى بَصَاۤىِٕرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ Wa laqad ātainā mūsal-kitāba mim badi mā ahlaknal-qurūnal ūlā baṣā'ira lin-nāsi wa hudaw wa raḥmatal laallahum yatażakkarūna. Sungguh, Kami benar-benar menganugerahkan kepada Musa Kitab Taurat setelah Kami membinasakan generasi terdahulu sebagai penerang, petunjuk, dan rahmat bagi manusia agar mereka mendapat pelajaran. وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ اِذْ قَضَيْنَآ اِلٰى مُوْسَى الْاَمْرَ وَمَا كُنْتَ مِنَ الشّٰهِدِيْنَ ۙ Wa mā kunta bijānibil-garbiyyi iż qaḍainā ilā mūsal-amra wa mā kunta minasy-syāhidīna. Engkau Nabi Muhammad tidak berada di sebelah barat lembah suci Tuwa ketika Kami menyampaikan risalah kepada Musa. Engkau tidak pula termasuk orang-orang yang menyaksikan kejadian itu. وَلٰكِنَّآ اَنْشَأْنَا قُرُوْنًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُۚ وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۙ وَلٰكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَ Wa lākinnā ansya'nā qurūnan fataṭāwala alaihimul-umuru, wa mā kunta ṡāwiyan fī ahli madyana tatlū alaihim āyātinā, wa lākinnā kunnā mursilīna. Akan tetapi, Kami telah menciptakan beberapa umat dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang. Engkau Nabi Muhammad tidak pula tinggal bersama-sama penduduk Madyan, sehingga dapat membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Akan tetapi, Kamilah pengutus para rasul. وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّوْرِ اِذْ نَادَيْنَا وَلٰكِنْ رَّحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اَتٰىهُمْ مِّنْ نَّذِيْرٍ مِّنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ Wa mā kunta bijānibiṭ-ṭūri iż nādainā wa lākir raḥmatam mir rabbika litunżira qaumam mā atāhum min nażīrim min qablika laallahum yatażakkarūna. Engkau Nabi Muhammad tidak pula berada di dekat gunung Sinai ketika Kami memanggil Musa. Akan tetapi, engkau mengetahuinya semata-mata karena rahmat dari Tuhanmu agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum didatangi oleh seorang pun pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran. وَلَوْلَآ اَنْ تُصِيْبَهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ فَيَقُوْلُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa lau lā an tuṣībahum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim fayaqūlū rabbanā lau lā arsalta ilainā rasūlan fanattabia āyātika wa nakūna minal-mu'minīna. Seandainya saja saat ditimpa azab karena apa yang mereka kerjakan mereka tidak berdalih dengan mengatakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami agar kami mengikuti ayat-ayat-Mu dan termasuk orang-orang mukmin?” Maka, tidak akan ada rasul yang diutus فَلَمَّا جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوْا لَوْلَآ اُوْتِيَ مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ مُوْسٰىۗ اَوَلَمْ يَكْفُرُوْا بِمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى مِنْ قَبْلُۚ قَالُوْا سِحْرٰنِ تَظٰهَرَاۗ وَقَالُوْٓا اِنَّا بِكُلٍّ كٰفِرُوْنَ Falammā jā'ahumul-ḥaqqu min indinā qālū lau lā ūtiya miṡla mā ūtiya mūsā, awalam yakfurū bimā ūtiya mūsā min qablu, qālū siḥrāni taẓāharā, wa qālū innā bikullin kāfirūna. Ketika telah datang kepada mereka kebenaran Al-Qur’an dari sisi Kami, mereka berkata, “Mengapa tidak diberikan kepadanya Nabi Muhammad mukjizat seperti apa yang telah diberikan kepada Musa?” Bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka berkata, “Al-Qur’an dan Taurat adalah dua kitab sihir yang saling menguatkan.” Mereka juga berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari keduanya.” قُلْ فَأْتُوْا بِكِتٰبٍ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ هُوَ اَهْدٰى مِنْهُمَآ اَتَّبِعْهُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Qul fa'tū bikitābim min indillāhi huwa ahdā minhumā attabihu in kuntum ṣādiqīna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih banyak memberi petunjuk daripada keduanya Taurat dan Al-Qur’an, niscaya aku mengikutinya, jika kamu orang-orang benar.” فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Fa illam yastajībū laka falam annamā yattabiūna ahwā'ahum, wa man aḍallu mimmanittabaa hawāhu bigairi hudam minallāhi, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīna. Jika mereka tidak menjawab tantanganmu, ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. ۞ وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ۗ Wa laqad waṣṣalnā lahumul-qaula laallahum yatażakkarūna. Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan perkataan itu Al-Qur’an secara berkesinambungan untuk mereka agar selalu mengingat-nya. اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِهٖ هُمْ بِهٖ يُؤْمِنُوْنَ Allażīna ātaināhumul-kitāba min qablihī hum bihī yu'minūna. Orang-orang yang telah Kami anugerahkan kepada mereka Alkitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman pula kepadanya Al-Qur’an. وَاِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِهٖٓ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّنَآ اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهٖ مُسْلِمِيْنَ Wa iżā yutlā alaihim qālū āmannā bihī innahul-ḥaqqu mir rabbinā innā kunnā min qablihī muslimīna. Apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sesungguhnya sebelum ini kami adalah orang-orang muslim.” اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ Ulā'ika yu'tauna ajrahum marrataini bimā ṣabarū wa yadra'ūna bil-ḥasanatis-sayyi'ata wa mimmā razaqnāhum yunfiqūna. Mereka itu diberi pahala dua kali pahala beriman pada Taurat dan Al-Qur’an disebabkan kesabaran mereka. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka. وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۖسَلٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ Wa iżā samiul-lagwa araḍū anhu wa qālū lanā amālunā wa lakum amālukum, salāmun alaikum, lā nabtagil-jāhilīna. Apabila mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, salāmun alaikum semoga keselamatan tercurah kepadamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang bodoh.” اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā'u, wa huwa alamu bil-muhtadīna. Sesungguhnya engkau Nabi Muhammad tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk. Dia paling tahu tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk. وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ Wa qālū in natabiil-hudā maaka nutakhaṭṭaf min arḍinā, awalam numakkil lahum ḥaraman āminay yujbā ilaihi ṡamarātu kulli syai'ir rizqam mil ladunnā wa lākinna akṡarahum lā yalamūna. Mereka berkata, “Jika mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Allah berfirman, “Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka di tanah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan sebagai rezeki bagimu dari sisi Kami?” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui. وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ ۢ بَطِرَتْ مَعِيْشَتَهَا ۚفَتِلْكَ مَسٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِّنْۢ بَعْدِهِمْ اِلَّا قَلِيْلًاۗ وَكُنَّا نَحْنُ الْوٰرِثِيْنَ Wa kam ahlaknā min qaryatim baṭirat maīsyatahā, fatilka masākinuhum lam tuskam mim badihim illā qalīlān, wa kunnā naḥnul-wāriṡīna. Betapa banyak penduduk negeri yang telah Kami binasakan karena kesenangan hidup membuatnya lalai. Maka, itulah tempat tinggal mereka yang tidak didiami lagi setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Kamilah yang mewarisinya. وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى حَتّٰى يَبْعَثَ فِيْٓ اُمِّهَا رَسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرٰىٓ اِلَّا وَاَهْلُهَا ظٰلِمُوْنَ Wa mā kāna rabbuka muhlikal-qurā ḥattā yabaṡa fī ummihā rasūlay yatlū alaihim āyātinā, wa mā kunnā muhlikil-qurā illā wa ahluhā ẓālimūna. Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Tidak pernah pula Kami membinasakan penduduk negeri-negeri, kecuali penduduknya dalam keadaan zalim. وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ Wa mā ūtītum min syai'in famatāul-ḥayātid-dun-yā wa zīnatuhā, wa mā indallāhi khairuw wa abqā, afalā taqilūna. Apa pun yang dianugerahkan Allah kepadamu, itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak mengerti? اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ Afamaw waadnāhu wadan ḥasanan fahuwa lāqīhi kamam mattanāhu matāal-ḥayātid-dun-yā ṡumma huwa yaumal-qiyāmati minal-muḥḍarīna. Maka, apakah orang yang Kami janjikan kepadanya janji yang baik surga lalu dia memperolehnya sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret ke dalam neraka? وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum tazumūna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka dan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?” قَالَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَغْوَيْنَاۚ اَغْوَيْنٰهُمْ كَمَا غَوَيْنَاۚ تَبَرَّأْنَآ اِلَيْكَ مَا كَانُوْٓا اِيَّانَا يَعْبُدُوْنَ Wa qālal-lażīna ḥaqqa alaihimul-qaulu rabbanā hā'ulā'il-lażīna agwainā, agwaināhum kamā gawainā, tabarra'nā ilaika mā kānū iyyānā yabudūna. Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman tokoh-tokoh musyrik berkata, “Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu. Kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri sesat. Kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri dari mereka. Mereka sekali-kali tidaklah menyembah kami.” وَقِيْلَ ادْعُوْا شُرَكَاۤءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ ۗوَرَاَوُا الْعَذَابَۚ لَوْ اَنَّهُمْ كَانُوْا يَهْتَدُوْنَ Wa qīladū syurakā'akum fadaauhum falam yastajībū lahum wa ra'awul-ażāba, lau annahum kānū yahtadūna. Dikatakan kepada mereka, “Serulah sekutu-sekutumu.” Mereka pun menyerunya, tetapi yang diseru tidak menyambutnya. Mereka melihat azab. Mereka berkeinginan seandainya mereka dahulu mau menerima petunjuk. وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ مَاذَآ اَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِيْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu māżā ajabtumul-mursalīna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka lalu berfirman, “Apa jawabanmu terhadap para rasul?” فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْاَنْۢبَاۤءُ يَوْمَىِٕذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاۤءَلُوْنَ Fa amiyat alaihimul-ambā'u yauma'iżin fahum lā yatasā'alūna. Maka, tertutuplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu. Oleh karena itu, mereka tidak saling bertanya. فَاَمَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ Fa ammā man tāba wa āmana wa amila ṣāliḥan faasā ay yakūna minal-mufliḥīna. Adapun orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh mudah-mudahan termasuk orang-orang yang beruntung. وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ Wa rabbuka yakhluqu mā yasyā'u wa yakhtāru, mā kāna lahumul-khiyarahtu, subḥānallāhi wa taālā ammā yusyrikūna. Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُوْرُهُمْ وَمَا يُعْلِنُوْنَ Wa rabbuka yalamu mā tukinnu ṣudūruhum wa mā yulinūna. Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. وَهُوَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ لَهُ الْحَمْدُ فِى الْاُوْلٰى وَالْاٰخِرَةِ ۖوَلَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ Wa huwallāhu lā ilāha illā huwa, lahul-ḥamdu fil-ūlā wal-ākhirahti, wa lahul-ḥukmu wa ilaihi turjaūna. Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Bagi-Nya segala puji di dunia dan di akhirat dan bagi-Nya pula segala putusan. Hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ الَّيْلَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِضِيَاۤءٍ ۗ اَفَلَا تَسْمَعُوْنَ Qul ara'aitum in jaalallāhu alaikumul-laila sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya'tīkum biḍiyā'in, afalā tasmaūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُوْنَ فِيْهِ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ Qul ara'aitum in jaalallāhu alaikumun-nahāra sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya'tīkum bilailin taskunūna fīhi, afalā tubṣirūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?” وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Wa mir raḥmatihī jaala lakumul-laila wan-nahāra litaskunū fīhi wa litabtagū min faḍlihī wa laallakum tasykurūna. Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari, dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum tazumūna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka dengan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?” وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا فَقُلْنَا هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوْٓا اَنَّ الْحَقَّ لِلّٰهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ Wa nazanā min kulli ummatin syahīdan faqulnā hātū burhānakum faalimū annal-ḥaqqa lillāhi wa ḍalla anhum mā kānū yaftarūna. Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu!” Maka, tahulah mereka bahwa yang hak itu milik Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan. ۞ اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ Inna qārūna kāna min qaumi mūsā fabagā alaihim, wa ātaināhu minal-kunūzi mā inna mafātiḥahū latanū'u bil-uṣbati ulil-quwwahti, iż qāla lahū qaumuhū lā tafraḥ, innallāha lā yuḥibbul-fariḥīna. Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsin kama aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍi, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīna. Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu pahala negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ Qāla innamā ūtītuhū alā ilmin indī, awalam yalam annallāha qad ahlaka min qablihī minal-qurūni man huwa asyaddu minhu quwwataw wa akṡaru jamān, wa lā yus'alu an żunūbihimul-mujrimūna. Dia Qarun berkata, “Sesungguhnya aku diberi harta itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ Fa kharaja alā qaumihī fī zīnatihī, qālal-lażīna yurīdūnal-ḥayātad-dun-yā yā laita lanā miṡla mā ūtiya qārūnu, innahū lażū ḥaẓẓin aẓīmin. Maka, keluarlah dia Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ Wa qālal-lażīna ūtul-ilma wailakum ṡawābullāhi khairul liman āmana wa amila ṣāliḥān, wa lā yulaqqāhā illaṣ-ṣābirūna. Orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah bahwa pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Pahala yang besar itu hanya diperoleh orang-orang yang sabar.” فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ Fakhasafnā bihī wa bidārihil-arḍa, famā kāna lahū min fi'atiy yanṣurūnahū min dūnillāhi, wa mā kāna minal-muntaṣirīna. Lalu, Kami benamkan dia Qarun bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ࣖ Wa aṣbaḥal-lażīna tamannau makānahū bil-amsi yaqūlūna waika'annallāha yabsuṭur-rizqa limay yasyā'u min ibādihī wa yaqdiru, lau lā am mannallāhu alainā lakhasafa binā, waika'annahū lā yufliḥul-kāfirūna. Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya Qarun itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia juga yang menyempitkan rezeki bagi mereka. Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar terhadap nikmat.” تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ Tilkad-dārul-ākhiratu najaluhā lil-lażīna lā yurīdūna uluwwan fil-arḍi wa lā fasādān, wal-āqibatu lil-muttaqīna. Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Kesudahan yang baik, yakni surga itu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Man jā'a bil-ḥasanati falahū khairum minhā, wa man jā'a bis-sayyi'ati falā yujzal-lażīna amilus-sayyi'āti illā mā kānū yamalūna. Siapa yang datang dengan membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu. Siapa yang datang dengan membawa kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang selalu mereka kerjakan. اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ Innal-lażī faraḍa alaikal-qur'āna larādduka ilā maādin, qur rabbī alamu man jā'a bil-hudā wa man huwa fī ḍalālim mubīnin. Sesungguhnya Allah yang mewajibkan engkau Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh pada Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah Nabi Muhammad, “Tuhanku paling mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” وَمَا كُنْتَ تَرْجُوْٓا اَنْ يُّلْقٰٓى اِلَيْكَ الْكِتٰبُ اِلَّا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ ظَهِيْرًا لِّلْكٰفِرِيْنَ ۖ Wa mā kunta tarjū ay yulqā ilaikal-kitābu illā raḥmatam mir rabbika falā takūnanna ẓahīral lil-kāfirīna. Engkau tidak pernah mengharap agar Kitab Al-Qur’an itu diturunkan kepadamu, tetapi ia diturunkan sebagai rahmat dari Tuhanmu. Oleh sebab itu, janganlah engkau sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang kafir. وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ بَعْدَ اِذْ اُنْزِلَتْ اِلَيْكَ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۚ Wa lā yaṣuddunnaka an āyātillāhi bada iż unzilat ilaika wadu ilā rabbika wa lā takūnanna minal-musyrikīna. Janganlah mereka sekali-kali menghalang-halangi engkau untuk menyampaikan ayat-ayat Allah setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu. Serulah manusia agar beriman kepada Tuhanmu dan janganlah engkau sekali-kali termasuk golongan orang-orang musyrik. وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ Wa lā tadu maallāhi ilāhan ākhara, lā ilāha illā huwa, kullu syai'in hālikun illā wajhahū, lahul-ḥukmu wa ilaihi turjaūna. Jangan pula engkau sembah Tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali zat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ Arab-Latin Wa auḥainā ilā ummi mụsā an arḍi'īh, fa iżā khifti 'alaihi fa alqīhi fil-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī, innā rāddụhu ilaiki wa jā'ilụhu minal-mursalīnArtinya Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul. Al-Qashash 6 ✵ Al-Qashash 8 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Berharga Terkait Surat Al-Qashash Ayat 7 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qashash Ayat 7 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran berharga dari ayat ini. Didapati kumpulan penjabaran dari berbagai ahli ilmu terhadap isi surat Al-Qashash ayat 7, di antaranya sebagaimana berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia7-8. Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa ketika melahirkannya dan mengkhawatirkannya dari disembelih oleh Fir’aun sebagaimana ia telah menyembelihi anak-anak Bani Israil, “Susuilah dia dengan hati tenang. Lalu bila kamu khawatir berita si anak akan diketahui, maka letakkanlah dia di dalam kotak dan hanyutkanlah dia ke sungai Nil, tanpa rasa khawatir terhadap Fir’aun dan kaumnya untuk membunuhnya, dan tanpa ada rasa kesedihan atas kepergiannya. Sesungguhnya Kami akan mengembalikan putramu kepadamu dan mengutusnya sebagai seorang rasul.” Maka sang ibu meletakkan putranya di dalam suatu kotak dan menghanyutkannya ke sungai Nil. Kemudian orang-orang Fir’aun menemukan dan mengambilnya. Maka itulah kesudahan kejadian tersebut, itulah yang Allah takdirkan untuk menjadikan Musa sebagai musuh bagi mereka dengan menyelisihi agama mereka dan membuat mereka terperosok kepada kesedihan dengan menenggelamkan mereka dan melenyapan kerajaannya ditangn Musa. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman dan para pendukung mereka adalah orang-orang yang berdosa lagi menyekutukan Allah.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram7. Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa -'alaihissalām-, susuilah dia hingga apabila engkau merasa khawatir terhadap keselamatannya dari Fir'aun dan kaumnya yang hendak membunuhnya, letakkanlah dia di dalam sebuah peti lalu lemparkan ke laut, dan janganlah engkau khawatir akan tenggelam atau khawatir dari Fir'aun dan janganlah pula engkau sedih karena berpisah dengannya, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dalam keadaan hidup dan menjadikannya sebagai salah seorang Rasul yang diutus Allah kepada para makhluk-Nya.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah7. Anak yang menjadi sebab terealisasinya kehendak Allah bagi Bani Israil telah dilahirkan, dan ibunya khawatir terhadapnya dari kezaliman tentara Fir’aun sehingga dia merasa bingung. Maka Allah memberi ilham kepadanya berupa keyakinan dalam hatinya, kemudian dia menyusui anak itu agar badannya kuat dan menyembunyikannya dari pandangan orang lain. Dan ketika ibunya merasakan bahaya mengancam anaknya, Allah mewahyukan agar dia menyiapkan keranjang bagi anaknya dan membiarkannya terbawa arus sungai nil, dan hendaklah dia tidak mengkhawatirkannya dan bersedih hati atas perpisahan dengannya; Allah menjamin akan menjaga dan mengembalikannya kepada ibunya, dan Allah akan menjadikannya seorang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah7. وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia Yakni Kami ilhamkan dan bisikkan ke dalam hatinya; hal ini berbeda dengan wahyu yang diberikan kepada para Rasul. فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِdan apabila kamu khawatir terhadapnya Yakni terhadap Fir’aun dengan sampainya kabar kelahiran Musa kepada Fir’aun. فَأَلْقِيهِ فِى الْيَمِّmaka jatuhkanlah dia ke sungai Yakni sungai Nil. Kisah bagaimana ia menghanyutkan Musa ke sungai telah disebutkan pada surat Taha ayat 39. وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati Yakni janganlah khawatir ia akan tenggelam atau hilang, dan janganlah bersedih hati karena berpisah darinya. إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِkarena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu Mengembalikannya kepadamu dalam waktu dekat dengan cara yang dapat menyelamatkannya. وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَdan menjadikannya salah seorang dari para rasul Yakni para Rasul yang Kami utus kepada para hamba.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah7. Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya dari ancaman Fir’aun. Maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil, janganlah kamu khawatir bahwa dia akan terbunuh dan janganlah pula bersedih hati atas perpisahan dengannya. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan menjadikannya salah seorang nabi dan rasul. Ayat ini mengandung dua perintah dan dua larangan, dan dua kabar gembira dalam kalimat ijaz yang menunjukkan nilai balaghah, fasahah, dan mukjizat Alquran📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Kami mengilhamkan} memberi ilham {kepada ibu Musa,“Susuilah dia. Jika kamu khawatir atas dirinya, makahanyutkanlah dia ke sungai} sungai Nil {Janganlah takut dan janganlah bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H7. Permulaannya adalah tatkala Allah memunculkan RasulNya, Musa yang Dia jadikan sebagai penyelamat Bangsa Israil melalui tangan dan sebabnya. Dan pada waktu rasa takut yang sangat mendalam itu menyelimuti mereka di mana Fir’aun bersama para pengikutnya menyembelih anak-anak laki-laki mereka, maka Allah mengilhami ibunda Musa agar menyusuinya dan membiarkan Musa tinggal bersama dirinya, “dan apabila kamu khawatir terhadapnya,” karena kamu merasa seseorang yang kamu takuti akan mengambil Musa untuk diserahkan kepada mereka, “maka jatuhkanlah dia ke sungai.” Yaitu sungai Nil di MEsir, dimuat di dalam peti yang tertutup, “dan janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul.” Allah menggembirakannya bahwa Dia akan mengembalikan Musa ke pangkuannya, dan bahwa Musa akan tumbuh besar dan selamat dari tipu daya mereka dan Dia akan menjadikannya sebagai Rasul. Ini merupakan kabar gembira yang sangat luar biasa. Pengajuan berita gembira ini kepada ibunda Musa ialah agar hatinya merasa tenang dan rasa kekhawatirannya reda.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Qashash ayat 7 Kemudian Allah mewahyukan kepada ibu Musa wahyu berupa ilham agar menyusui Musa, ketika ia takut kepada fir’aun dan bala tentaranya, maka Allah ilhamkan agar menghanyutkan Musa ke dalam sungai setelah ditempatkan di dalam kotak kayu, dan Allah ilhamkan ibunya agar supaya tidak perlu khawatir atas Musa dan agar tidak pula bersedih, karena Musa dalam pertolongan Allah dalam penjagaannya. Allah akan selalu menjaganya dan akan mengembalikan kepada ibunya serta menjadikan Musa termasuk utusan-utusan Allah.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, tenggelam. Karena berpisah dengannya. Ini adalah berita gembira yang sangat agung. Allah mendahulukan berita ini kepada ibu Nabi Musa agar hatinya tenteram dan hilang rasa kekhawatirannya, maka ia melakukan yang diperintahkan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qashash Ayat 7Kehancuran kerajaan fir'aun terjadi melalui seorang laki-laki yang telah dipersiapkan, yaitu nabi musa dan langkahnya bermula dari kami ilhamkan berupa bisikan di dalam hati kepada ibunya musa yang anaknya akan berperan dalam kehancuran fir'aun dan kekuasaannya, bahwa, "susuilah dia yakni musa, anakmu itu dengan tenang. Dan apabila engkau khawatir terhadapnya misalnya khawatir ada yang melihatmu menyusui anak lelaki atau khawatir jangan sampai anakmu dibunuh atas perintah fir'aun sebagaimana anak-anak lelaki lainnya, maka hanyutkanlah dia ke sungal nil setelah engkau letakkan dia di sebuah tempat yang dapat mengapung. Dan janganlah engkau takut dia akan tenggelam atau mati kelaparan atau akan terganggu oleh apa pun dan jangan pula bersedih hati karena kepergiannya, sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dalam keadaan sengat bugar; dan setelah dewasa kami akan menjadikannya salah seorang dari kelompok para rasul yang diutus kepada bani israil. '8. Berdasarkan wahyu yang berupa ilham tersebut maka ibu musa menghanyutkannya di sungai dan setelah mengapung beberapa saat dia dipungut oleh keluarga fir'aun agar pada akhirnya kelak dia yakni musa yang dipungut itu menjadi musuh karena menantang ajaran fir'aun, dan menjadi sumber dan penyebab kesedihan bagi mereka yakni fir'aun dan rezimnya, karena dialah akan menghancurkan mereka. Sungguh, fir'aun dan haman bersama bala tentaranya dan pendukung-pendukungnya adalah orang-orang bersalah dan berdosa karena berencana melakukan itu dengan sengaja dan disertai kebulatan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah pelbagai penafsiran dari kalangan ahli tafsir mengenai kandungan dan arti surat Al-Qashash ayat 7 arab-latin dan artinya, moga-moga menambah kebaikan bagi kita semua. Support perjuangan kami dengan mencantumkan backlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan Konten Paling Banyak Dikunjungi Baca berbagai topik yang paling banyak dikunjungi, seperti surat/ayat Al-Jumu’ah 9, Ali Imran 134, Al-Isra 23-24, Al-Baqarah 186, Al-Baqarah 2, Az-Zariyat 56. Ada juga Al-Ahzab 21, Ar-Ra’d, Al-Isra 1, Ali Imran 133, Al-Infithar, Al-Baqarah 30. Al-Jumu’ah 9Ali Imran 134Al-Isra 23-24Al-Baqarah 186Al-Baqarah 2Az-Zariyat 56Al-Ahzab 21Ar-Ra’dAl-Isra 1Ali Imran 133Al-InfitharAl-Baqarah 30 Pencarian kaf ha ya ain shod surat apa, az zariyat 56, surah ke 9, kandungan surat al furqan ayat 63, asmaul husna arab dan artinya Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah Pada ayat ini, Allah menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Orang yang mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan Nabi sawManfaatkan yang lima sebelum datang lawannya yang lima; mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu. Riwayat al-Baihaqi dari Ibnu 'Abbas2. Setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah. Baik Allah, diri sendiri, maupun keluarga, mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakannya. Sabda Nabi Muhammad Kerjakanlah seperti kerjanya orang yang mengira akan hidup selamanya. Dan waspadalah seperti akan mati besok. Riwayat al-Baihaqi dari Ibnu 'Umar3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya, misalnya membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali silaturrahim, dan lain Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat kepada sesama makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ۞ إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ Arab-Latin Inna qārụna kāna ming qaumi mụsā fa bagā 'alaihim wa ātaināhu minal-kunụzi mā inna mafātiḥahụ latanū`u bil-'uṣbati ulil-quwwati iż qāla lahụ qaumuhụ lā tafraḥ innallāha lā yuḥibbul-fariḥīnArtinya Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". Al-Qashash 75 ✵ Al-Qashash 77 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangTafsir Mendalam Tentang Surat Al-Qashash Ayat 76 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qashash Ayat 76 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam tafsir mendalam dari ayat ini. Didapati beragam penafsiran dari kalangan ulama tafsir berkaitan isi surat Al-Qashash ayat 76, antara lain seperti tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaSesungguhnya Qarun itu termasuk dari kaum Musa. Dia berbuat melampaui batas dalam kesombongan dan otoriter terhadap orang-orang. Dan Kami telah memberikan kepada Qarun dari perbendaharaan harta kadar yang sangat melimpah, sampai-sampai kuncinya sungguh-sungguh berat dipikul oleh banyak orang berfisik kuat. Ketika itu, kaumnya berkata kepadanya, “janganlah kamu berlaku congkak dengan penuh kegirangan dengan kekayaan yang ada padamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang congkak yang tidak mensyukuri Allah atas pemberian yang diberikanNya kepada mereka.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram76. Sesungguhnya Qārūn itu dari kaum Musa -'alaihissalām-, lalu ia berlaku sombong terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya perbendaharaan harta yang kunci-kunci lemari tempat menyimpan hartanya terasa berat bagi sekumpulan orang-orang kuat untuk memikulnya, tatkala kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu bergembira dengan berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang bergembira dengan sombong, justru Allah memurkainya dan menyiksanya karena hal itu.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah76. Kaum Quraisy memandang harta sebagai ukuran kehormatan dan kekuasaan mereka; maka Allah membuat perumpamaan bagi bagi orang-orang musyrik itu dengan umat-umat terdahulu. Qarun adalah kerabat Nabi Musa, dia mengumpulkan harta yang banyak dan menampakkan kesombongan dan keangkuhan serta enggan untuk mensyukuri nikmat. Dalam firman Allah [وءاتيناه] Dan Kami memberinya’, untuk menjelaskan siapa yang telah memberinya kekayaan sehingga tidak layak bagi Qarun untuk sombong. Qarun menyimpan hartanya di dalam ruang penyimpanan yang membutuhkan banyak alat untuk membukanya dan alat itu sangat berat meskipun dipikul oleh sekelompok orang yang kuat. Dan terjadilah percakapan antara Qarun dan kaumnya yang beriman, mereka menasehatinya agar tidak bersikap angkuh dan terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri seperti dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah76. إِنَّ قٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa An-Nakha’i, Qatadah, dan lainnya berpendapat bahwa Qarun adalah keponakan Nabi Musa. فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ maka ia berlaku aniaya terhadap mereka Yakni benar-benar berlaku sewenang-wenang dan sombong terhadap kaumnya dan enggan untuk mentaati Musa dan beriman kepada Allah. وَءَاتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوزِdan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta Makna الكنز adalah harta yang disimpan. مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥyang kunci-kuncinya Yakni kunci-kunci tempat menyimpan hartanya. لَتَنُوٓأُ بِالْعُصْبَةِ أُو۟لِى الْقُوَّةِ sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat Yakni sekelompok lelaki masih akan merasa berat jika hendak mengangkatnya. Lalu bagaimana dengan ukuran harta bendanya itu sendiri? إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya “Janganlah kamu terlalu bangga Yakni janganlah kamu sombong dan angkuh. إِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri” Yakni oran-orang yang sombong yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan kepada mereka.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah76. Sesungguhnya Qarun adalah anak dari pamannya nabi Musa dari kaum Bani Israil. Dia sombong terhadap kaumnya dengan membanggakan hartanya yang sangat banyak dan ingin memimpin mereka. Kami memberinya Qarun harta yang sangat melimpah dan terpelihara. Sesungguhnya kunci-kunci gudang hartanya sangat berat dipikul oleh kumpulan orang-orang kuat yang banyak. Ketika kaumnya berkata padanya “Kamu tidak akan bahagia dengan membanggakan harta yang banyak, sesungguhnya Allah tidak meridhai orang-orang sombong yang tidak bersyukur kepadaNya atas apa yang diberikan kepadanya” Kemudian dia marah dan menghukum mereka.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa. Dia berlaku angkuh terhadap mereka} Dia sombong kepada mereka {Kami telah menganugerahkan kepadanya} Kami memberinya {perbendaharaan harta} harta-harta yang disimpan dalam peti-peti {yang kunci-kuncinya} yang kunci-kunci dari petinya {sungguh berat dipikul} sungguh berat dipikul oleh banyak orang {oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya,“Janganlah terlalu bangga} jangan terlalu bangga dengan banyaknya harta {Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diriMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H76. Allah mengabarkan tentang kondisi Qarun, apa yang telah dia perbuat, apa yang ditimpakan terhadapnya, dia telah diberi nasihat dan ditegur. Allah berfirman, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” maksudnya, dari bangsa Isra’il , yaitu orang-orang yang mampu mengungguli manusia lainnya dan melebihi mereka di zamannya. Allah telah menganugerahkan kepada mereka segala sesuatu yang dianugerahkanNya. Pada awalnya keadaan mereka selaras dengan keadaan istiqamah. Akan tetapi Qarun telah berbuat semena-mena terhadap kaumnya, dia menjadi congkak karena harta benda yang berlimpah yang membuat congkak orang yang diberi anugerah dengannya, “Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta.” Maksudnya, perbendaharaan harta kekayaan yang sangat besar, “yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” Ushbah adalah sepuluh hingga Sembilan orang, hingga tujuh orang. Artinya hingga kunci-kunci perbendaharaan harta kekayaannya dirasa sangat berat untuk dipikul oleh sekelompok manusia. Itu kunci-kuncinya. Lalu bagaimana dengan perbendaharaan-perbendaharaannya gudang-gudangnya. “Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya” seraya menasehati dan mengingatkannya dari kecongkakannya, “janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Maksudnya, jangan kamu bangga dengan harta kekayaan yang sangat besar ini, lalu kamu membangga-banggakannya dan membuatmu lalai terhadap akhirat, karena sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membanggakannya, yaitu orang-orang yang tenggelam dalam mencintainya.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Qashash ayat 76 Pada akhir kisah ini datang kisah qarun, di mana Allah kabarkan bahwasanya qarun adalah bagian dari kaum Musa, akan tetapi dzalim terhadap sesamanya dan menjadi penolong fir’aun. Allah kemudian kabarkan bahwa Ia memberikan qarun harta dan perbendaharaan harta yang banyak dan saking banyaknya sampai-sampai berat kuncinya ketika dibawa oleh beberapa laki-laki. Telah dinasihati ia oleh bani israil akan dirinya dan hartanya, sebab Allah tidak menyukai mereka yang menisbatkan karunia Allah kepada selain dari-Nya; Di mana qarun menisbatkan karunia Allah karena sebab kepiawaiannya, kesombongannya dan lain sebagainya.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan Qarun, perbuatan yang dilakukan olehnya, dan bahwa ia telah dinasihati sebelumnya. Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa alaihis salam atau termasuk Bani Israil. Dengan bersikap sombong. Jika kuncinya saja sudah berat, lalu bagaimana dengan harta kekayaannya. Yang mukmin dari kalangan Bani Israil. Dengan kenikmatan yang besar itu dan sampai membuatnya lalai dari dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qashash Ayat 76Setelah pada ayat-ayat di awal surah berbicara tentang kekuatan dan kekuasaan fir`aun yang berakhir dengan kebinasaan karena kedurhakaan dan kezaliman, di sini Allah memaparkan kekuatan harta dan pengetahuan yang juga berakhir dengan kebinasaan saat disertai dengan kedurhakaan dan keangkuhan. Allah berfirman; sesungguhnya karun termasuk kaum musa yang hidup semasa dengannya dan konon adalah anak nabi musa. Tetapi meski berasal dari keluarga terhormat dia melampaui batas dengan berlaku zalim terhadap mereka dan sombong. Ia adalah seorang yang kami beri nikmat dengan memasukkannya ke dalam kelompok kaum nabi musa, dan kami telah menganugerahkan pula kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kunci gudang tempat penyimpanan hartanya itu sungguh sangat banyak sehingga terasa berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Itu baru kuncinya, ada pun harta kekayaannya, tidak mungkin dapat dipikul oleh orang yang sangat banyak sekali pun. Ingatlah ketika ia terpedaya oleh nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya dengan mengingkari dan tidak mensyukurinya, kaumnya menasihatinya dengan berkata kepadanya, 'janganlah engkau terlalu bangga dengan harta kekayaan yang engkau miliki, kebanggaan yang menjadikanmu melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri. ' orang-orang kafir mekkah yang menentang nabi Muhammad. Telah tertipu oleh harta mereka, sebab kekayaan mereka digunakan untuk menindas kaum muslim. Padahal, harta benda mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan harta karun. Orang kaya yang angkuh dan zalim akan berakhir dengan kebinasaan. 77. Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni mah'ah dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah aneka ragam penafsiran dari beragam mufassir terkait kandungan dan arti surat Al-Qashash ayat 76 arab-latin dan artinya, moga-moga bermanfaat bagi kita. Support dakwah kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Halaman Terbanyak Dikunjungi Kaji ratusan halaman yang terbanyak dikunjungi, seperti surat/ayat Ali Imran 134, Al-Baqarah 2, Al-Isra 23-24, Al-Infithar, Al-Isra 1, Al-Baqarah 186. Juga Az-Zariyat 56, Ali Imran 133, Al-Jumu’ah 9, Al-Baqarah 30, Ar-Ra’d, Al-Ahzab 21. Ali Imran 134Al-Baqarah 2Al-Isra 23-24Al-InfitharAl-Isra 1Al-Baqarah 186Az-Zariyat 56Ali Imran 133Al-Jumu’ah 9Al-Baqarah 30Ar-Ra’dAl-Ahzab 21 Pencarian qs al isra ayat 13, surat albaqarah ayat 177, yunus ayat 91, surah al khalaq, qs. an-nur ayat 2 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID _6ld2iYIClCr4uZ2C8IsmtmVN9NDC432_lKaFqtgyIDU0NOE9ZG3dg==

surat al qashash ayat 77 latin dan artinya